Arsip

Archive for the ‘Oase’ Category

>RAHASIA SUJUD

>
Oleh : Salim Syarief Md
“Darah tidak akan memasuki urat saraf di dlm otak manusia, kecuali sedang sujud sholat”

Seorang doktor di Amerika telah memeluk Islam kerana beberapa keajaiban yang ditemuinya dalam penyelidikannya. Dia amat kagum dengan penemuan tersebut, sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran. Dia adalah seorang doktor neurologi. Setelah memeluk Islam, dia amat yakin akan pengobatan secara Islam dan dengan itu telah membuka sebuah klinik yang bertemakan “Pengobatan Melalui Al-Quran”.

Kajian pengobatan melalui Al-Quran membuatkan obat-obatannya berpatokan apa yang terdapat di dalam Al-quran. Diantara cara-cara yang digunakan adalah berpuasa, mengkonsumsi madu, biji hitam/jintan hitam (blackseed/habbatussauda) dan sebagainya.
Apabila ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam, maka doktor tersebut memberitahu bahwa semasa beliau melakukan kajian urat saraf, terdapat beberapa urat saraf di dalam urat manusia yang tidak dimasuki oleh darah.
Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal. Setelah membuat kajian yang memakan waktu cukup lama, akhirnya beliau mendapati bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak manusia melainkan pada ketika seseorang itu sedang sujud saat mengerjakan Sholat. Urat tersebut memerlukan darah hanya untuk beberapa saat saja. Yakni, darah hanya akan memasuki urat tersebut mengikut kadar Sholat waktu yang diwajibkan oleh Islam.

Columbia University State pernah melakukan penelitian tentang otak. Ternyata, di otak terdapat sebuah bagian yang tidak teraliri darah. Tapi, bagian tersebut dapat teraliri darah bila kita melakukan gerakan khusus seperti sujud yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu.
Walaupun tidak menyebutkan secara gamblang tentang waktu-waktu tersebut, tapi waktu-waktu tersebut berada sekitar Sholat Lima Waktu yang kita (Umat Islam) lakukan setiap hari.

Efek dari teraliri-nya bagian dari otak tersebut adalah dapat membuat kerja otak menjadi maksimal. Sehingga, kemampuan otak dalam bekerja (seperti, menghitung, menghapal, belajar dan lain-lain) bisa lebih baik dan tentunya menambah kecerdasan otak kita.

Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi barang siapa yang tidak menunaikan Sholat, maka otaknya tidak akan dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Dengan demikian, kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam ‘sepenuhnya’ kerana sifat fitrah kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agama-Nya yang indah ini.

Kesimpulannya:
Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak Sholat, apalagi yang tidak beragama Islam, walaupun akal mereka berfungsi dengan secara normal tetapi sebenarnya dalam sesuatu keadaan mereka akan kehilangan keseimbangan dalam membuat keputusan yang normal.
Justru itu, tidak heranlah jika manusia ini kadang kala tidak segan-segan untuk melakukan perkara-perkara yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya, walaupun akal mereka mengetahui bahwa perbuatan yang akan dilakukan itu adalah salah dengan kehendak mereka.

Inilah adalah menggambarkan ketidak mampuan otak mereka untuk mempertimbangkan akan perbuatan mereka itu secara lebih normal. Maka dari itu tidak heran timbulnya bermacam-macam gejala-gejala sosial masyarakat masa kini. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mengambil hikmah dari kisah di atas.

” Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud… (QS. Al-Fath : 29)

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=19&jd=Rahasia+Sujud+dalam+Sholat&dn=20081220035125

Kategori:Oase

>Kesalahan Pola Hati

>

Kesalahan  Pola Hati
Semenjak saya menanam pepaya dan pohon kersen di depan rumah, banyak orang yang bertamu komentar tentang pepaya dan pohon kersen tersebut. Sembilan puluh sembilan persen orang yang datang kerumah, termasuk beberapa orang yang datang hari ini berkomentarnya dengan kesalahan pola hati.

Ketika mereka melihat pohon kersen misalnya selalu komentarnya, nanti banyak ulatnya dan itu menjijikkan serta menakutkan, hanya satu persen yang komentar nanti akan banyak kupu-kupu dan kalau menggunakan laptop dibawahnya dengan kekuatan wifi, bisa jelajah dunia dengan biaya murah dan sejuk banget udaranya, sambil menikmati buah kersen.

Setelah saya telusuri dari tamu-tamu itu selama satu tahun, persis semenjak kami menanam pepaya dan pohon kersen itu, bagi yang komentarnya dari sisi negatif menurut versinya, dampak kehidupannya secara ekonomi, persahabatan, seni menghadapi hidup, ketenangan hati, visioner kehidupan, bersahabat dengan masalah dan lain sebagainya, lebih terlihat sangat statis, masalah kehidupannya berputar disitu-situ saja tanpa perubahan yang berarti. Paling yang berubah hanya usianya yang semakin bertambah dan masalah kehidupannya yang semakin bertumpuk. Beda yang satu persen lainnya, yaitu yang lebih memandang indahnya kupu-kupu dan sejuknya udara, mereka lebih dinamis, ceria, awet muda, visioner dan lain sebagainya.

Sahabat CyberMQ

Inilah mungkin, salah satu aplikasi kehidupan spiritual yaitu Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Jadi apa yang ada dalam pola hati kita, nanti akan mempengaruhi pola pikir kita. Apa yang ada dalam pola pikir kita, nanti akan mempengaruhi pola ucap kita. Apa yang ada dalam pola ucap kita, nanti akan mempengaruhi pola prilaku kita. Apa yang ada dalam pola prilaku kita, nanti akan mempengaruhi kebiasaan kita. Apa yang ada dalam pola kibiasaan kita, nanti akan mempengaruhi pola karakter kita. Dan …. kawan … apa yang ada dalam karakter kehidupan diri kita, nanti akan menjadi diri kita.

Jadi ….. kita tinggal pilih saja …. Bagaimana pendapat sahabat???
http://www.cybermq.com/kolom/detail/mas-amri/563/kesalahan-pola-hati-mobile.html

Kategori:Oase

>Luasnya Hati

>

Seorang guru sufi bertanya kepada seorang muridnya yang keliatan murung, lalu si murid mejawabnya jika memang dia belakangan ini banyak masalah dan tidak ada habis-habisnya

Sang Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari, biar kuperbaiki suasana hatimu itu.” Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru. “Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.” Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru. “Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis. Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
“Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke telaga di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke telaga.”

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke telaga, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan guru, begitu pikirnya.

“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir telaga. Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air telaga, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air telaga yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?” “Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya.

Tentu saja, telaga ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air telaga ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?” tanya sang guru “Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air telaga sampai puas.

“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”

Si murid terdiam, mendengarkan.

“Tapi Nak, rasa asin dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan hati dalam dadamu menjadi seluas telaga agar kau bisa menikmati hidup.”

Semoga bermanfaat.

Sumber : Rumah Hati

Kategori:Oase